Atlan Tech

Seputar Sepeda, Otomotif, Gadget dan lainnya

TREN SEPEDA DI TENGAH PANDEMI, TREN SESAAT ATAU PERUBAHAN GAYA HIDUP

Bersepeda akhir-akhir ini sangat populer, bahkan di jalan-jalan setiap pagi sering kita jumpai banyak pegowes sepeda yang lalu lalang, baik tua, muda, anak-anak, maupu keluarga. Tren sepeda ini merupakan salah satu dampak PSBB akibat Pandemi Covid-19 yang kini memasuki fase normal baru atau new normal. Masyarakat memilih sepeda sebagai alat olahraga yang dirasa bisa untuk refreshing akibat 3 bulan lamanya dibatasi aktifitasnya di rumah.

PEBISNIS SEPEDA KETIBAN REZEKI


Tak ayal, pemilik toko sepeda, penjual aksesoris sepeda dan juga pabrik sepeda ketiban rezeki nomplok. Bahkan banyak antrian di toko sepeda dari pembeli untuk membeli sebuah sepeda impian mereka. Banyak pula toko sepeda yang bahkan kehabisan stok beberapa tipe sepeda, sehingga beberapa pembeli terpaksa menginden tipe sepeda tertentu yang ingin mereka beli. 

Selain itu pula, naiknya harga sepeda hingga 30%. Harga sepeda yang tadinya seharga Rp. 5.000.000 bisa naik menjadi Rp. 6.500.000, akibat naiknya permintaan pasar. Bahkan sepeda bekas pun harganya ikutan naik. 


GAGAP SEPEDA


Bertambahnya pengguna sepeda untuk keperluan olahrga menjadikan sebagian mereka gagap sepeda, terutama yang hanya sebatas ikut-ikutan tren bersepeda tanpa tahu penggunaan sepeda. Maksud gagap di sini adalah mereka kurang mengerti peruntukkan sepeda untuk apa. Ada yang mentang-mentang memiliki dana besar, membeli sepeda gunung tipe Cross Country seharga Rp. 20.000.000 ( dua puluh juta rupiah ) dan hanya digunakan untuk gowes keliling taman, untuk bergaya dan sekedar pamer bisa membeli sepeda mahal. Sah-sah saja sebenarnya, toh dia membeli sepeda dengan uangnya, akan tetapi tentunya sayang, sepeda seperti itu seharusnya digunakan untuk olahraga serius di medan Cross Country, bukan sekedar buat jalan-jalan. Kalau untuk jalan-jalan cukuplah sepeda harga 1-3 jutaan. 



KESADARAN PADA KETERTIBAN YANG RENDAH


Viralnya gaya hidup bersepeda menyebabkan banyak orang yang sebelumnya bukanlah pegowes lalu mendadak menjadi pegowes, hanya karena ikut-ikutan tren saja. Bagi yang sudah lama menekuni hobi gowes sepeda mungkin sangatlah paham jika bersepeda di jalanan tetap harus menghormati pengguna jalan lainnya dan menaati aturan lalu lintas. Mereka tertib bersepeda di bibir jalan sebelah kiri. 

Namun bagi yang hanya ikut-ikutan tren bersepeda rata-rata tak memahami hal ini. Mereka bersepeda dengan bergerombol memenuhi jalan. Mengganggu pengguna jalan lain baik pengendara mobil maupun sepeda motor, sehingga mengundang potensi bahaya. Bahkan ada beberapa pegowes pemula ( yang cuma ikut-ikutan ) nekat menerobos lampu merah yang tentunya sangat berbahaya. 

CUMA TREN SESAAT


Tren bersepeda hanyalah tren sesaat, tren ini akan segera tenggelam mungkin dalam waktu beberapa bulan kemudian. Karena mereka tetaplah bukan pegowes sejati yang memang memiliki hobi bersepeda sejak lama. Bagi mereka yang hanya ikut-ikutan ketika yang lainnya atau kelompoknya sudah mulai bosan secara otomatis mereka pun akan berhenti, lalu menjual kembali sepedanya dengan harga murah atau yang lainnya.

Jadi kesimpulannya, tren bersepeda hanyalah tren sesaat saja yang akan segera menghilang. Saat itulah di jalanan hanyalah ditemui pegowes-pegowes lama yang memang sudah melakoni hobi bersepeda jauh sebelum tren bersepeda ini naik daun. 

tren sepeda,tren sepeda lipat,tren sepeda 2020,tren sepeda mini,tren sepeda di tengah pandemi,tren sepedaan,tren sepeda fixie,tren sepeda saat pandemi,tren sepeda di jogja,sepeda anak trend terbaru,tren sepeda brompton,tren warna sepeda bmx,tren sepeda corona,tren sepeda di masa pandemi,tren sepeda di jakarta,tren sepeda di indonesia,sepeda gunung trend,tren sepeda indonesia,tren sepeda jogja production,tren sepeda jogja

Post a Comment

[facebook]

MKRdezign

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget